"Kau genggam dunia, dunia akan retak dan hancur. Kau genggam manusia, manusia akan mati. Begitulah kehidupan, hidupnya berbatas, dan mencintainya akan membekaskan luka"
Pernah merasa kecewa dengan manusia? Dengan keluarga? Dosen? Teman? Sahabat? Atau siapapun. Intinya makhluk. Ya, apabila kamu terlalu berlebihan meletakkan harapan pada makhluk. Wajar jika akhirnya berakhir dengan kekecewaan, ada sebuah quotes yang menyatakan “Mencintai dunia, hanyalah kecewa yang tinggal menunggu waktunya.” Kalimat yang ada benarnya. Sebab, makhluk itu sifatnya lemah dan terbatas. Fana. Sementara. Wajar apabila banyak dari kita yang merasa kecewa dengan manusia. Karena manusia tempatnya khilaf, salah dan dosa. Mungkin, di sisi lain, kita juga pernah mengecewakan orang lain. Baik secara kita sadari atau tidak.
Kekecewaan tidak bisa dihindari. Pasti akan terjadi, entah kapan tiada yang tau pasti. Pertanyaannya, bukanlah “kapan”, namun “bagaimana?”, bagaimana hati kita merespon setiap kekecewaan yang Allah berikan pada hati kita. Apakah kita harus marah dan menyalahkan takdir? Marah dan memusuhi orang lain? Atau bersikap lapang dan sabar? Seseorang yang hidup tanpa ujian maka hidupnya kurang menantang. Disinilah setiap masalah hadir untuk mendewasakan.
Banyak yang kecewa lantas bunuh diri, merasa bahwa hidupnya sudah tak berarti lagi. Sehingga keputusan mengakhiri hidup tidak sedikit dikira sebagai solusi, atau langsung menyalahkan takdir Allah lalu menjadi manusia yang ingkar pada setiap janji-janji Allah. Padahal tidak begitu, kawan. Sebab dalam Islam, Allah selalu memberikan solusi atas setiap masalah yang dihadapi setiap makhluk-Nya.
Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” (QS. Al-Insyirah:5).
Kuncinya satu, Believe.Yakin. Yakin saja pada Allah Sang Pengatur segala, bahwa Allah telah menetapkan takdir terbaik untuk masing-masing hamba-Nya. Kuncinya satu, Yakin.
Pertanyaan selanjutnya, “Sudah seberapa yakin kita kepada Allah?”
Hati itu lemah sebagaimana diri kita yang juga lemah. Apabila hati yang lemah disandarkan kepada manusia yang juga bersifat lemah, lantas apa jadinya? Hanyalah kekecewaan yang tinggal menunggu waktunya. Dalam rumus kehidupan ini, semua makhluk bersifat lemah. Manusia pasti akan mati, seberapapun kita mencintainya pasti manusia akan meninggalkan kita. Benar, kan?Harta kita juga pasti akan sirna, seberapapun kita akan berlelah-lelah mengejarnya. Betapa banyak manusia yang kaya-raya lalu Allah ambil kekayaannya dengan sekejap, terkena musibah misalnya,
Benar, kan?
Semua sangat mudah bagi Allah, untuk mengambil apa yang bahkan kita yakini sudah kita genggam dengan sangat erat.
Apabila kita mengetahui bahwa makhluk itu lemah. Lantas, kepada siapa lagi hati kita bergantung jika bukan kepada Allah? Dia lah Allah Azza wa Jalla, yang menciptakan langit dan bumi tanpa memerlukan bantuan siapapun makhluk-Nya. Dia lah yang Maha Pengasih dan Penyayang terhadap setiap makhluk-Nya. Dia lah satu-satunya Pencipta langit dan bumi yang kekal abadi. Maka sandarkanlah hatimu yang lemah hanya kepada Allah Azza wa Jalla. Agar hatimu tidak lagi dikecewakan makhluk-Nya. Tutup segala kemungkinan luka yang akan manusia beri, sebab air matamu terlalu mahal bisa terjatuh hanya sebab duniawi. Dosa diri terlalu banyak tak terhitung bahkan, lebih baik menangisi Syurga kita yang belum pasti, dari pada menangisi dunia yang bahkan tak pernah peduli pada diri kita ini.
By Cahya Aditya Fajri - Malang


1 komentar:
Write komentarJoss
Reply